Weird Tuesday

Lady Asa
3 min readApr 20, 2022

--

Kantin dekat lapangan.

Hari Selasa terasa biasa saja, hingga saat bell pulang berbunyi. Namun semakin menyebalkan bagi yang tak bisa segera menikmati empuknya kasur masing-masing, seperti mereka yang mengikuti ekskul misalnya. Anak basket sudah mendominasi lapangan belakang sekolah, tak jauh dari itu adalah ruang OSIS yang sepertinya ramai karena ada rapat.

Terlihat Sabilla dan teman-temannya berbincang di bangku kantin depan ruang tersebut sembari menunggu rapat dimulai. Dari arah lapangan, Helmi menghampiri mereka untuk meminta izin tak ikut kegiatan tersebut.

“Tanti, absenin gua ya! Nanti kalo ada yang butuh gua urgent, panggil aja ke lapangan.”

“Ok, nanti gua kabarin.”

Akhirnya mereka pun memulai kegiatan masing-masing .

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Anak-anak OSIS terlihat sudah keluar dari ruangannya, ada yang sedang duduk di depan koperasi, Sabill dan teman-temannya memilih duduk di bangku kantin dekat lapangan basket. Tentu saja di sana ada anak basket, termasuk Helmi dan kawan-kawanya. Mereka saling menyapa, lalu bercengkrama bersama.

Dari arah lapangan cewek-cewek ekskul basket terlihat heboh, kata ‘cieee’ menyeruak terdengar sampai kantin tempat Sabill dan teman-temannya berbincang. Penasaran akan hal itu, Helmi berjalan menuju tribun samping lapangan.

“Ada apaan sih? Heboh amat.”

Ia bertanya sambil membuka tutup botol dan meminumnya. Teman-teman dan pelatihnya menoleh kepada pria yang sedang berdiri sambil minum tersebut. Salah satu orang dari mereka menunjuk dan berkata, “Tuh! liatin, Noah sama Tika.”

“Emang kenapa deh? ngangkut bola basket doang di’cie-cie’in,” masih dengan santai Helmi menanggapinya.

“Lah lu gatau? Si Tika suka sama dia ….” Jawab temannya yang membuat laki-laki itu tersedak ketika sedang menegak minuman.

“… lagian cocok sih kata gua,” lanjut nya.

Helmi kembali ke arah kantin tempat Sabill dan yang lain berada. Ia pun bercerita mengapa di lapangan begitu ramai, dan yang lain mmendengarkan dengan raut bertanya. Laki-laki itu menoleh kepada Sabill dan bertanya, “Lah emang lu gatau? Kan lu sekelas?”

“Iya kali, gua gatau sih. Kayaknya gua kurang main aja.”

Atmosfer di sana semakin canggung. Beby adalah malaikat penxelau saat ini.

“Bill, gua mau mandi, ayo pulang! Tanti juga udah di jemput tuh.”

Akhirnya Sabilla, Beby, dan Tanti beranjak dari duduknya bergegas untuk pulang dan meninggalkan kantin.

Beberapa motor terlihat keluar dari parkiran secara bergantian milik anak basket , teater dan beberapa anak OSIS. Noah, Helmi dan teman-temannya sudah berada diparkiran, lalu mereka berjalan keluar dari parkiran tersebut. Di ambang gerbang ada beberapa anak salah satu dari mereka memanggil Noah. Ia pun berhenti sejenak untuk bertanya.

“Apa?”

“Gua boleh nebeng lu ngga?”

“Ngga bisa, soalnya Rian udah nebeng gua.”

“Rian! Lu nebeng yang lain kek!”

“Lah, lu aja sih yang cari tebengan. Noh, anak-anak masih banyak yang belum pulang.” Rian menyahuti dengan menunjuk kearah segerombol anak basket yang belum meninggalkan sekolah.

“Tuh, bareng Aruna aja. Dia sendirian kayaknya.”

Aruna yang baru saja terlihat, bisa — bisanya terkena sasaran. Tak kehabisan akal memang, Aruna dengan seribu satu alasannya. “Gua udah disuruh balik nih soalnya harus cepet jemput mamah arisan.”

“Yaudah deh, gua naik ojol aja,” kata Atika dengan nada sedikit kesal sambil pergi keluar gerbang sekolah.

“Lah, mulai tadi kek begitu. Ribet amat, dah ayo kita balik aja.”

“Ya … dia mah caper doang kali, Hel.”

Seakan tahu maksud perkataan Rian, mereka menggelengkan kepala sambil menghidupkan motor masing-masing terkecuali Noah. Karena ia tak tahu apa yang dimaksud mereka, wajah tampannya masih terlihat bertanya-tanya.

Hari Selasa itu menjadi terasa aneh, bagi mereka semua.

— jwnolii

--

--

Lady Asa
Lady Asa

No responses yet